Selasa, 06 Desember 2016

KDK : PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN II



BAB III
PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
(CAIRAN PER VAGINA, FESES, SPUTUM)

A.  PEMERIKSAAN FESES
1.   Pengertian
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan syndroma malabsorbsi.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu. Feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu.
Perkiraan Komposisi Tinja tanpa Air Seni
Komponen
Kandungan (%)
Air
Bahan organik (dari berat kering)
Nitrogen (dari berat kering)
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering)
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering)
Karbon (dari berat kering)
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering)
C/N rasio (dari berat kering)
66-80
88-97
5,7-7,0
3,5-5,4
1,0-2,5
40-55
4-5
5-10
 
Kuantitas Tinja dan Air Seni
Tinja/Air Seni
Gram/orang/hari
Berat Basah
Berat Kering
Tinja
135-270
35-70
Air Seni
1.000-1.300
50-70
Jumlah
1.135-1.570
85-140

2.   Tujuan
Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok Salmonela, Sigela, Sherichia Coil, Stafilokokus, dan lain-lain. Salmonella adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakat dikenal dengan tipes yaitu penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis.
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic shock syndrome.
Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.  Eschericiacoli adalah bakteri yang melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan masalah perut dan usus misalnya diare dan muntah.

3.   Indikasi Pemeriksaan
a.   Adanya diare dan konstipasi
Diare dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
1)  Diare Noninflamatori
Diare Noninflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab Diare Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora cayetensis, dan mikrosporidia.
2) Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba yang menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms). Penyebab Diare Inflamatori adalah Entamoeba histolytica, Shigella spp., EIEC, EHEC, Salmonella enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridium difficile. Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori.
3) Diare Pada Penyakit Sistemik
Salah satu contoh Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Demam Enterik. Istilah lain untuk Demam Enterik adalah Demam Tifoid. Diare Pada Penyakit Sistemik melibatkan usus halus distal. Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Salmonella typhi, Slamonella non-typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp.. Virus dan parasit belum terbukti secara empiris sebagai penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik.                         
a.   Adanya ikterus
Ikterus ini merupakan suatu keadaan dimana jaringan berwarna kekuning-kuningan akibat deposisi bilirubin yang terjadi bila kadar bilirubin darah mencapai 2 mg/dL atau 35-40 mmol/L.
b.   Adanya gangguan pencernaan                       
c.   Adanya lendir dalam tinja
d.   Kecurigaan penyakit gastrointestinal             
e.   Adanya darah dalam tinja

4.   Syarat pengumpulan feces
a.   Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada lemari es.
b.   Pasien dilarang menelan  Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c.   Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d.   Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e.   Pasien konstipasi

5.   Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal
, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

6.   Jenis Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses ini terdiri dari 2, yaitu :
a.   Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain.
b.   Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (prosedur pengambilan feses dengan tangan).

7.   Persiapan alat dan bahan
a.   Sarung tangan
b.   Spatel steril
c.   Hand scoon bersih
d.   Vasseline
e.   Lidi kapas steril
f.    Pot tinja
g.   Bengkok
h.   Perlak pengalas
i.    Tissue
j.    Tempat bahan pemeriksaan
k.   Sampiran

 8.   Prosedur Kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a.   Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b.   Menyiapkan alat yang diperlukan
c.   Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d.   Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.   Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f.    Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing  dan adanya parasit pada sampel
g.   Buang alat dengan benar
h.   Cuci tangan
i.    Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j.    Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
a.   Mendekatkan alat
b.   Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c.   Mencuci tangan
d.   Memasang perlak pengalas dan sampiran
e.   Melepas pakaian bawah pasien
f.    Mengatur posisi dorsal recumbent
g.   Memakan hand scoon
h.   Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i.    Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j.    Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k.   Melepas hand scoon
l.    Merapikan pasien
m. Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi :
a.   Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
b.   Menyiapkan alat yang diperlukan
c.   Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
d.   Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.   Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f.    Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g.   Buang alat dengan benar
h.   Cuci tangan
i.    Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j.    Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

9.   Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3, yaitu :
a.   Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.
b.   Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.
c.   Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin
10.   Pemeriksaan Makroskopis
a.   Warna
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin. Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi,
1)  Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung Bilirubin. Ketika Bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
2)  Warna Hitam Feses
Feses berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam (Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
3)  Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna.
4)  Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

5)  Warna Abu-abu / Pucat
Feses pucat pun menandakan sakit. Biasanya pasien sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka feses akan berwarna abu-abu atau pucat.

Warna feses
Keterangan
Warna kuning coklat
Warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan
Warna kuning
Dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
Warna hijau
Disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
Warna merah muda
Disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

b.  Bau
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indoleskatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
c.   Konsistensi
Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.
d.  Lendir
1)  Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
2)  Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.
3)  Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
4)  Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .
5)  Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
6)  Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
7)  Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
8)  Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
e.   Darah
Darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.
1)  Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan, darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
2)  Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
f.    Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif kolon , fistula colon sigmoid, dan lokal abses. Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
g.  Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
h.  Parasit
Pemeriksaan Parasit diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
i.    Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
j.    Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen
Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet.

11.   Pemeriksaan Mikroskopik
a.   Pemeriksaan Leukosit pada Feses
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eusinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.
b.   Pemeriksaan Eritrosit pada Feses
Eritrositnya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
c.   Pemeriksaan Epitel pada Feses
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
d.   Pemeriksaan Amilum pada Feses
Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak   makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
e.   Pemeriksaan Telur Cacing pada Feses
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode kato.
1)  Pemeriksaan Kualitatif
a)  Metode Natif
Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
·      Tujuan                    : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa fesesnya.
·      Dasar teori            : Eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feses dengan kotoran yang ada.
·      Kelemahan           : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.
·      Kelebihan             : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya sedikit, peralatan sedikit.

b)  Metode Apung (Flotation method)
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
·      Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang diperiksa fesesnya.
·      Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur.
·      Kelemahan : penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi
·      Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.
c)  Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus. Teknik ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
·      Tujuan           : Mengetahui adanya infeksi cacing tambang
·      Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan menetas 7 hari menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.
·      Kelemahan : hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang dibutuhkan lama dan peralatan yang banyak.
·      Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya umtuk mengidentifikasi larva infektif mengingat bentuk larva jauh lebih besar di bandingkan dengan telur.

2)  Pemeriksaan Kuantitatif
a.   Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong “cellahane tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.
·      Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat ringannya infeksi cacing parasit usus
·      Dasar teori : Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau. Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feses mengandung 100 telur maka 150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
·      Kelemahan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
·      Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan cacing, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di diagnosis.

Makroskopi dan Mikroskopi
Interpretasi
Butir,   kecil, keras, warna tua
Konstipasi
Volume   besar, berbau dan mengambang
Malabsorbsi   zat lemak atau protein
Rapuh   dengan lendir tanpa darah
Sindroma   usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan   jonjot- jonjot
Rapuh   dengan darah dan lendir (darah nyata)
Inflamasi   usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas
Hitam,   mudah melekat seperti ter
Perdarahan   saluran cerna bagian atas
Volume   besar, cair, sisa padat sedikit
Infeksi   non-invasif (kolera, E.coli  keadaan   toksik, kkeracunan makanan oleh stafilokokus,   radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)
Rapuh   mengandung nanah atau jaringan nekrotik
Divertikulitis   atau abses lain, tumor nekrotik, parasit
Agak   lunak, putih abu- abu sedikit
Obstruksi   jaundice, alkoholik
Cair   bercampur lendir dan eritrosit
Tifoid,   kolera, amubiasis
Cair   bercampur lendir dan leukosit
Kolitis   ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus
Lendir   dengan nanah dan darah
Kolitis   ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut,   TBC

12.   Pemeriksaan Kimia
a.  Pemeriksaan Darah Samar pada Feses
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).
1)    Metode benzidine basa
Prosedur Kerja :
1.  Membuat emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
2.  Menyaring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
3.  Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
4.  Menambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
5.  Membubuhi 2 ml filtrate emulsi tinja, campur.
6.  Memberi 1 ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
7.  Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama ).
2)   Metode Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya tes menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan di atas.
3)   Cara Guajac
Prosedur Kerja :
a)    Membuat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml asam acetat glacial, campur.
b)    Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95 %, campur.
c)    Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d)    Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan leukosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu.
b.  Pemeriksaan Urobilin pada Feses
                 Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
 Prosedur kerja :
1.   Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja.
2.   Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3.   Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4.   Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c.   Pemeriksaan Urobilinogen pada Feses
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d.  Pemeriksaan Bilirubin pada Feses
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

B.  PEMERIKSAAN SEKRET VAGINA
1.   Definisi Sekret Vagina
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan yang jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal, pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk memnbersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut lebih jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian.
2.   Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.
3.   Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis.
Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.
4.   Metode Pengambilan Sekret Vagina
a.   Pap Smear
Papanikolaou test atau Pap smear adalah metode screening ginekologi, dicetuskan oleh Georgios Papanikolaou, untuk menemukan proses-proses premalignant dan malignant di ectocervix, dan infeksi dalam endocervix dan endometrium.  Pap Smear dapat dilakukan pada berbagai sekret  tubuh,  termasuk  :  sekret  gaster,  sekret  prostat,  sputum,  dan  urin. Sel-sel  tersebut  kemudian diklasifikasikan menurut grade mulai dari sel normal sampai sel Ca.
Pada dunia obstetri ginekologi, Pap smear digunakan untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. Menurut perkiraan, di Inggris Pap smear mencegah sekitar 700 kematian per tahun. Wanita yang aktif secara seksual disarankan menjalani Pap smear sekali setahun. Pap  smear  rutin  dianjurkan  pada wanita  lebih  dari  40  tahun  yang  beresiko  tinggi  dan  pada  wanita  yang  hasil tes pap positif.
Prosedur Pap Smear dilakukan dimana dokter atau perawat memasukkan spekulum ke vagina pasien untuk mengambil sample dari servik. Pap smear biasanya tidak dilakukan selama menstruasi. Prosedur ini dapat menimbulkan sedikit rasa sakit, namun hal ini bergantung kepada anatomi pasien, faktor psikologi, dan lain-lain. Sample kemudian diuji di laboratorium dan hasil diperoleh dalam waktu sekitar 3 minggu. Sedikit pendarahan, kram, dan lain-lain dapat terjadi sesudahnya.

Klasifikasi Pap Smear:
1)  Sistem Lama
Grade I      : Sel-sel tampak normal
Grade II     : Atypical  (tidak khas, tidak teratur, tidak normal), namun tidak   ditemukan tanda-tanda malignancy 
Grade III   : Mengarah ke keganasan, tapi belum jelas
Grade IV   : Lebih mengarah ke keganasan
Grade V    : Jelas keganasan
2)  Sistem Terbaru
Normal
Inflammatory
Mild-cervical intraepithelial neoplasia
Severe-cervical intraepithelial neoplasia
Cancer
Persiapan pengambilan sekret vagina:
Persiapan pasien:
1)     Melakukan informant concent
2)     Menyiapkan tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.
3)     Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan
4)     Menganjurkan klien membuka pakaian bawah
5)     Menganjur klien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi
6)  Menjaga privasi klien
Persiapan Alat dan Bahan :
1)     Kapas dan Larutan NaCl
2)     Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
3)     Penjepit kasa
4)     Spatula ayre
5)     Cyto brush
6)     Gelas obyek
7)     Spray atau staining jar + etil alkohol 95%
8)     Meja instrumen + Doek Hijau
9)     Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
10)   Lampu sorot
11)   Label gelas objek
12)   Sarung tangan bersih
13)   Apron dan baju periksa
14)   Sabun dan air mengalir
15)   Tisu towel
16)   Bengkok
17)   Perlak
18)   Sampiran
Prosedur pelaksanaan metode pap smear:
1)     Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien  tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pemeriksaan.
2)     Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan membawa ke dekat  pasien
3)     Memasang sampiran
4)     Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan menganjurkan pasien  menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien)
5)     Persilahkan pasien untuk berbarin di ranjang ginekologi
6)     Memasang pengalas dibawah bokong pasien
7)     Mengatur posisi pasien  dengan kaki ditekuk (litotomi)
8)     Hidupkan lampu sorot, arahkan pada bagian yang akan diperiksa
9)     Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir mengeringkan dengan tissu tower
10)   Memakai sarung tangan
11)   Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan menghadap ke aspekus genitalis
12)   Inspeksi pada daerah vulva dan perineum : apakah ada tumor, luka, cairan, dan perubahan warna kulit.
13)   Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus vagina (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar intoitus lalu dorong bilah ke dalam lumen vagina
14)   Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90° hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah (hingga masing-masing bilah menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
15)   Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan porsio tampak jelas (perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina dan forniks)
16)   Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya pengambilan epitel tidak terganggu).
17)   Melakukan pengambilan sampel pada permukaan porsio dengan menggunakan spatula ayre yang diputar 360°
18)   Mengusap sampel pada gelas objek dengan benar
19)   Melakukan pengambilan sampel endoserviks (di kanalis servikalis) menggunakan cytobrush dengan memutar 360° sebanyak satu atau dua putaran.
20)   Mengusapkan pada gelas objek yang sama pada tempat yang berbeda dengan sampel yang pertama, sehingga tidak sampai tertumpuk.
21)   Sampel segera difiksasi sebelum mengering.
a)  Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alcohol 96%. Setelah difiksasi selama 30 menit,  sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.
b)  Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih segar disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass mengandung usapan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboraturium sitologi untuk diperiksa.
22)   Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah, kemudian keluarkan spekulum.
23)   Letakkan spekulum pada tempat yang telah tersedia.
24)   Pemeriksa berdiri untuk melakukan periksa bimanual untuk tentukan konsistensi porsio, besar dan arah uterus serta keadaan parametrium.
25)   Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan NaCl pada bekas sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vuva/perineum.
26)   Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dan persilahkan ibu mengambil tempat duduk.
27)   Kumpulkan semua peralatan dan lakukan dekontaminasi. Buang sampah pada tempatnya. Dan lakukan dekontaminasi sarung tangan.
28)   Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan tisu towel.
29)   Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan
30)   Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis, buat pengantar pemeriksaan ke ahli patologi anatomi.
31)   Buat jadwal kunjungan ulang.
32)   Persilahkan ibu ke ruang tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau ke ruang tindakan (untuk proses/tindakan selanjutnya).
Cara membuat apusan yang baik :
Menghapuskan bahan sitologi yang didapat sebaiknya dilakukan dengan gerakan searah dari tengah ke arah luar. Apusan yang dilakukan melingkar/ zig zag biasanya akan memberikan jumlah sel yang lebih banyak dan memberikan kemungkinan pengeringan oleh udara yang lebih kecil
Hal-hal yang perlu diingat :
1)     Sediaan apusan dapat di rendam dalam cairan fiksasi sampai kira-kira 15 menit sebelum dilakukan pewarnaan
2)     Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari satu minggu karena akan terjadi distorsi sel
3)     Bila mukosa arofik, kaca benda dan spatula sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologik atau NaCl.
4)     Bila karena suatu hal sediaan apus mengering, dapat dilakukan rehidrasi dengan mengguyur dengan air ledeng selama beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi
Pap smear menunjukkan dua nilai yaitu nilai normal dan tidak normal:
1)     Nilai normal  : jika tidak ditemukan sel-sel abnormal
2)     Nilai abnormal, mempunyai arti :
-  Ca cerviks
-  Infeksi jamur
-  Proses Inflamasi
-  Infeksi parasitik
-  Penyakit kelamin
b.  Spekulum Steril
Pemeriksaan Spekulum Steril diindikasikan untuk menentukan apakah membran amnion sudah rupture atau utuh. Lubrikan tidak digunakan karena dapat mengubah temuan.
Faktor berikut mengindikasikan rupture ketuban :
1)  Tetesan atau aliran kecil cairan amnion melewati serviks
2)  Berkumpulnya cairan di liang vagina
3)  Kertas nitrazin menunjukkan reaksi basa terhadap cairan vagina (berubah menjadi warna biru kurang lebih pH nya 7,15)
4)  Gambaran pakis cairan vagina jika dikeringkan pada preparat mikroskop dan diperiksa secara mikroskopik.
5)  Berbagai zat dan kondisi dalam vagina dapat mengubah keakuratan pemeriksaan ini :
·      Hasil negatif palsu semua hasil pengukuran dapat terjadi jika ketuban sudah ruptur  dan bocor selama waktu yang lama, atau jika selaput ketuban bocor darisuatu tempat diatas bagian presentasi dan hanya terdapat cairan minimal di dalam vagina pada saat pemeriksaan vagina.
§  Hasil positif palsu Nitrazin dapat terjadi ketika kertas terkontiminasi dengan darah, semen, lendir serviks, urine, air mandi, antiseptik yang basah, atau lubrikan larut air.
§  Gambaran pakis positif palsu kan muncul jika lendir serviks atau darah mengontaminasi spesimen pada preparat.
§  Gambaran pakis lendir serviks tampak “lebih seperti kerangka” dari pada gambaran pakis cairan amnion. Mekonium, pH vagina, dan darah dalam cairan amnion (hingga 20 %) tidak akan mengisi gambaran pakis.
Pengambilan specimen, pembuatan dan pengiriman sediaan:
A.  Pengambilan specimen
1)  loop/lidi kapas steril,
2)  kaca objek yang kering dan bersih,
3)  lampu spiritus,
4)  kursi obstetric,
5)  spekulum vagina steril,
6)  sarung tangan,
7)  pinsil kaca,
8)  larutan salin steril.
B.  Persiapan pasien :
1)  Pasien terbaring terlentang kedua lutut ditekuk pada kursi obstetric (posisi litotomi)
2)  Masukan spekulum steril dengan  hati-hati dan spekulum dibuka
3)  Masukan  ujung kapas lidi dan oleskan pada daerah endoservik. Gerakan lidi melingkar kekanan diamkan beberapa saat untuk penyerapan
4)  Sekret yang didapat dioleskan pada kaca objek yang telah di beri nomor untuk  dibuat sediaan
C.  Pembuatan sediaan :
1)  Alat (forcep, rak pewarna, rak pengering)
2)  Reagen (larcarbol gentian violet, lugol/iodin, larutan carbolfuchsin
Cara :
1)  Pasca pengolesan di objek glas biarkan di udara beberapa saat mengering, fiksasi dengan melakukan diatasnya lapis lampu spiritus
2)  Tuangi larutan carbol gentian violet selama 2-3 menit
3)  Cuci dengan air kran atau air mengalir
4)  Tuangi dengan alcohol 95% selama 20-30 detik cuci kembali
5)  Tuangi carbol fuchsin selama 1-2 menit kembali
6)  Keringkan
D.  Pengiriman sediaan
1)  Bila perlu uji silang (cross cek) dilafasilitas lab kurang sediaan perlu di kirim kelaboratorium.
2)  Cara pengiriman:
a)  Setelah sediaan difiksasi bungkus dengan kertas tik tipis di bagi 2 menurut pjnya, tiap potong untuk 15-20 sediaan
b)  Bungkus lagi dengan kertas karton bergelombang menurut lebarnya dan ikat 2 kali
c)  Bungkus lagi dengan kertas karton bergelombang menurut panjangnya dan ikat satu kali
d)  Bungkus lagi dengan kertas karton bergelombang menurut panjangnya dan ikat dua kali
e)  Bungkus lagi dengan kertas sampul dan ikat 3 kali
Pemeriksaan vagina dengan spekulum
1)  Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumalan putih seperti keju.
2)  Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5
Untuk menjaga sekret vagina agar tetap dalam keadaan normal ada beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya :
a)  Hentikan pemakaian bahan-bahan yang mengiritasi (misal semprot,busa sabun)
b)  Gunakan pakaian yang menyerap dan tidak oklusif (pakaian dalam katun bukan nilon)
c)  Gunakan kontrasepsi sawar (misal kondom,diafragma) untuk mencegah kekambuhan.
d)  Pulihkan lingkungan vagina yang normal (misal pH,flora) sebagian klinisi menganjurkan pemakaian bilas vagina yang asam atau yoghurt.
e)  Biasakan higiene perineal yang baik (misal cebok dari depan atau belakang)
 C.  Pemeriksaan Sekret (SPUTUM)
1.   Pengertian
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah  sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan  air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).
2.   Tujuan
Mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditentukan.
 3.   Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
 4.   Waktu Pengambilan Sputum
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam.
5.   Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
a.   Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas bagian bawah.
b.   Sputum banyak sekali dan purulen   proses supuratif (eg. Abses Paru)
c.   Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat   tanda Bronchitis/ bronchiektasia
d.   Sputum kekuning-kuningan   proses infeksi
e.   Sputum hijau   proses penimbunan nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.    Sputum merah muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
g.   Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
h.   Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
 6.   Persiapan Alat
a.   Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b.   Botol bersih dengan penutup
c.   Hand scoon
d.   Formulir dan etiket
e.   Perlak pengalas
f.    Bengkok dan tissue
g.   Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air
h.   Label yang berisi lengkap
i.    Obat kumur
7.   Prosedur Tindakan
a.   Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
1)  Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan    spesimen sputum,
2)  Jangan menyentuh bagian dalam wadah specimen,
3)  Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
4)  Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
5)  Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
6)  Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup     analisis),
b.   Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
c.   Jaga privasi klien dengan memasang sampiran dan meminta orang yang tidak berkepentingan keluar
d.   Mengatur posisi duduk. (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan  ekspansi paru yang maksimum.
e.   Memasang perlak dan pengalas di bawah dagu klien dan menyiapkan bengkok
f.    Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
g.   Gunakan handscoon
h.   Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang  tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah  tersebut untuk klien.
i.    Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi  yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari  jalan udara ke dalam faring.
j.    Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,  pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke  dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
k.   Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
l.    Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan  mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
m. Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan  disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian  luar  wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan  handuk kertas.
n.   Lepas dan buang sarung tangan.
o.   Pastikan klien merasa nyaman.
1)  Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
2)  Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara  maksimal, bila diperlukan.
p.   Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
q.   Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.  Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.  Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat  membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
r.    Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur  bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan  berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
s.   Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer),  adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan  untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang  dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien. 
8.   Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Pengambilan Sputum
a.   Pengambilan sputum dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapatkan sputum bagian dalam lebih besar. Atau bisa diambil sputum sewaktu.
b.   Pengambilan sputum harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi.
c.   Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
d.   Sebelum mengeluarkan sputum, pasien diminta untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepaskan gigi palsu (bila ada).
e.   Sputum diambil dari batukan pertama (first cough)
f.    Cara membatukkan sputum dengan tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernapasan dada) batukkan kuat sputum dari Bronkustrakea mulut wadah penampung.
g.   Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
h.   Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur (saliva), maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
i.    Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus, seperti butir keju, darah, dan unsur-unsur lain.
j.    Bila sputum susah dikeluarkan lakukan perawatan mulut dengan obat Glyseril Guayakolat (Expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
k.   Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara :
-     Aspirasi Transtracheal
-     Bronchial Lavage
-     Lung Biopsy



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Interpretasi Hasil Laboratorium Sekret {online} (http://dokterindonesiaonline.com/2012/04/04/interpretasi-hasil-laboratorium-sekret/) Diakses tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA
Kusmiyati, Yuli. 2012. Keterampilan Dasar Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
Maryunani, Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta : Trans Info Media
Mayosinau. 2013. Laporan Praktikum Pemeriksaan Sputum {online} (http://mayosinau.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-pemeriksaan-sputum.html) Diakses tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA
Uliyah, Musrifatul, dkk. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Yansikha. 2013. Laporan Pemeriksaan Feses {online} (http://yansikha.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pemeriksaan-feses.html) Diakses tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA

0 komentar:

Posting Komentar