BAB II
PERSIAPAN
DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
(DARAH
DAN URINE)
A. PENGERTIAN SPESIMEN
Spesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh
suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk
bagian-bagian tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri yang mati, sakit atau
tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan memperhatikan ketentuan yang
diperlukan. Manfaat pengiriman spesimen pada lembaga yang secara profesional
berwenang misalnya Balitvet, BPPH atau laboratorium di beberapa perguruan
tinggi tidak hanya berarti terhadap diagnosa penyakit itu sendiri namun juga untuk
pengendalian penyakit secara lebih luas misalnya dalam ruang lingkup
epidemiologi.
Dasar pengumpulan spesimen adalah :
1. Jenis spesimen yang dikirim
tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga spesifik
khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami perubahan.
2. Spesimen dikirim dalam keadaan
aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur atau peralatan yang
telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.
3. Botol diberi diberi identitas
yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.
4. Botol spesimen disimpan dalam
termos es dan selama proses pengambilan spesimen lakukan secara hati-hati
khususnya terhadap pencemaran.
a.
Ada beberapa yang mempengaruhi seleksi pengiriman spesimen daintaranya
yaitu: waktu, peralatan, teknik, transportasi, dantidak kalah penting
adanya form/ dokumen sepesimen.
b.
Pada prinsipnya bahan yang diperlukan, cara pengepakan, dan metode yang
dikehendaki harus disesuaikan dengan apakah spesimen tersebut untuk diperiksa
secara bakteriologik, virologik, mikologik, parasitologik, toksikologik,
serologik dan pemeriksaan histopatologik. Penyakit dan organ yang terserang
biasanya spesifik oleh karenanya pengiriman spesimen harus memperhatikan gejala
klinis penyakit dan jenis spesimen serta pengawetan yang digunakan.
B.
JENIS PENGAMBILAN SPECIMEN
1. Secara Probabilitas
Probabilitas atau random sampling
merupakan jenis teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan
kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian
sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Jenis Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a.
secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling
populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana
adalah dengan undian.
b.
secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa
penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian
dari daftar populasi.
c.
secara rambang proporsional (proporsional random sampling).
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian
diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara pengambilannya dapat
dilakukan secara undian maupun sistematis.
d.
secara rambang bertingkat. Bila
subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama
seperti pada teknik sampling secara proportional.
e.
secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak
tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian
karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya
dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara
bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau
multi-stage sampling.
2. Secara nonprobabilitas
Nonprobabilitas adalah jenis teknik pengambilan sample yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan
pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah
sebagai berikut.
a. Purposive sampling atau
judgmental sampling Penarikan sampel secara purposif merupakan cara
penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik
yang dietapkan peneliti.
b. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola
salju). Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama.
Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample
ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya
sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c. Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah
ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah
ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d. Accidental sampling atau convenience
sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak
direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau
subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya
sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
C.
PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN
SPESIMEN DARAH
1.
Pengertian
Pengambilan spesimen darah
merupakan pengambil dan menyiapkan specimen
darah untuk
pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan darah lengkap (DL) adalah suatu tes darah
yang diminta oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat beberapa
tujuan dari DL, diantaranya adalah pemeriksaaan penyaring untuk menunjang
diagnosa, untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit dan
untuk melihat kemajuan atau respon terapi.
Pada lembar
hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah trombosit, jumlah
leukosit, dan hematokrit (perbandingan
antara sel darah merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga
dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan hitung jenis leukosit.
Hasil DL yang normal adalah :
a.
Kadar Hb :
12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl
b.
Jumlah
leukosit : 5000 – 10.000 /µl
c.
Jumlah
trombosit : 150.000 – 400.000 /µl
d.
Hematokrit :
35 – 45 %
e.
LED : 0 – 10
mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita)
Beberapa contoh interpretasi dari hasil DL secara
sederhana antara lain bila kadar Hb turun menandakan anemia, leukositnya
meningkat melebihi normal mungkin menandakan terjadinya infeksi, trombositnya
turun mungkin saja menandakan terjadi infeksi virus, dan lain sebagainya.
Kriteria anemia menurut WHO adalah :
a.
Laki-laki
dewasa
: Hb < 13 g/dl
b. Wanita dewasa tidak hamil :
Hb < 12 g/dl
c.
Wanita
hamil
: Hb < 11 g/dl
d.
Anak umur
6-14 tahun :
Hb < 12 g/dl
e.
Anak umur
6bulan – 6 tahun : Hb < 11 g/dl
Nilai Ambang Batas Anemia menurut Depkes RI
Golongan Anemia
|
Kadar Hb (gr/dl)
|
Ringan
|
10 – 11
|
Sedang
|
8 – 10
|
Berat
|
<8
|
Menurut World Health Organization
(WHO), Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dalam darahnya
kurang dari 11,0 gr%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin <
10,5 gr% pada trimester II (Depkes RI, 2009).
2.
Tujuan Pengambilan Spesimen
Darah
a. Tujuan umum:
Menyediakan
spesimen darah untuk analisis pemeriksaan diagnostik.
b. Tujuan khusus :
1) Darah vena
Tujuan
: mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan
imunoserologi
2) Darah EDTA
Bertujuan untuk
mendapatkan spesimen darah EDTA yang
memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan hitung jumlah trombosit
3) Darah sitrat
Tujuan
: mendapatkan spesimen darah SITRAT yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan laju endapan darah metode
Weatergreen dan pemeriksaan tes
hemoragik
hemoragik
4) Darah kapiler
Tujuan
: mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan golongan darah dan
beberapa pemeriksaan rapid test imunologi
3.
Indikasi
a. Pada pasien malaria
b. Pada pasien HIV/aids
c. Pada pasien Typus
4.
Tempat Pengambilan Darah
a. Perifer (pembuluh darah tepi)
b. Vena
c. Arteri
d. Orang dewasa di ambil pada ujung jari atau daun
telinga bagian bawah
e. Bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari
kaki, tumit, atau daerah kepala
5.
Cara Pengambilan Spesimen
a. Darah Kapiler
Pada
orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil
darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau
ibu jari kaki. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan
peredaran darah. Adapun cara mengambil spesimen sebagai
berikut :
1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk
memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan sampai kering.
2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya
tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet
steril, pada jari tusukkan dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit
jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun
telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
4) Setelah penusukan selesai, tempat
tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
b. Darah Vena
Pada
orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi dapat
digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. Cara
pengambilan spesimen sebagai berikut :
1) Ikat lengan atas dengan menggunakan
karet pengikat/torniquet, kemudian tangan dikepalkan.
2) Tentukan vena yang akan ditusuk,
kemudian sterilkan dengan kapas berakohol 70%.
3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe
dengan posisi 45o dengan lengan.
4) Setelah darah terlihat masuk dalam
spuit, rubah posisi spuit menjadi 30o dengan lengan, kemudian hisap
darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
5) Setelah volume cukup, buka karet
pengikat lengan kemudian tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang
menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat
tusukan, kemudian lengan ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
7) Pindahkan darah dari disposibel
syringe ke wadah berisi anti koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara
perlahan agar bercampur.
8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit,
setelah darah dihisap kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti
koagulan.
6.
Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada
2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a. Ujung jari tangan/kaki (Darah
Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah sedikit atau tetesan
(dipakai untuk screning test).
b.
Lipatan
lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah agak
banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
7. Wadah
Spesimen
a.
Untuk
darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
b.
Untuk
darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c.
Wadah
dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
8. Macam-Macam Pemeriksaan
a.
Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT)
Bertujuan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 -10
ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Hindari hemolisis
4) Berikan label nama dan tanggal
b. Albumin
Bertujuan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesis oleh hepar, menentukan adanya gangguan
hepar seperti pada sirosis hepatic, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan
protein dalam jumlah banyak. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 –
10 ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Berikan label nama dan tanggal
c.
Golongan Darah
Bertujuan untuk mendeteksi golongan darah yang terdiri dari
golongan darah A, B, AB, dan O. Bahan yang diperlukan : darah, reagen anti A,
B, dan AB.
d. Asam urat
Bertujuan untuk mendeteksi penyakit ginjal, anemia, asam folat, luka
bakar dan kehamilan. Peningkatan asam urat dapat
diindikasikan penyakit seperti leukimia, kanker, eklampsia berat, gagal ginjal,
malnutrisi. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 -7
ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Berikan label nama dan tanggal
e.
Bilirubin ( Total, Direct, dan Indirect )
Bertujuan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Pemeriksaan ini ada direct dan indirect. Pada
bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif yang disebabkan oleh batu,
neoplasma, hepatitis dan sirosis. Sedangkan bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi
adanya anemia, malaria dan lain-lain. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 – 7
ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Hindari hemolisis
4) Berikan label nama dan tanggal
f.
Estrogen
Bertujuan untuk mendeteksi
disfungsi ovarium, gejala menopause dan pasca menopause, serta stress pisikogenik. Peningkatan nilai estrogen
dapat menunjukkan
indikasi adanya tumor ovarium, adanya kehamilan. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 –
10 ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Berikan label nama dan tanggal
g. Gas Darah
Arteri
Bertujuan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam dan basa yang disebabkan oleh
gangguan respiratorik atau gangguna
metabolik. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 1 – 5
ml dari arteri dengan spuit dan jarum berisi heparin
2) Berikan label nama dan tanggal
h. Gula
darah puasa
Bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoglikemik.
Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 -10
ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Berikan label nama dan tanggal
4) Puasakan makan dan minum 12
jam sebelum pemeriksaan
i.
Gula darah postprandal
Bertujuan untuk mendeteksi
adanya diabetes atau reaksi hipoklimemik, pemeriksaan dilakukan setelah makan. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 –
10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi atau siang
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Hindari hemolisis
4) Berikan label nama dan tanggal
j.
Human Chorionic Gonadotropi ( HCG )
Bertujuan untuk mendeteksi
adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 -10
ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Hindari hemolisis
4) Berikan label nama dan tanggal
k.
Hematokrik
Bertujuan untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah
yang dapat mendeteksi adanya anemia, kehilangan
darah, gagal ginjal kronik serta defisiensi vitamin B dan C, peningkatan kadar hematokrik diindikasi adanya
dehidrasi, asidosis, trauma dan lain-lain. Caranya :
1) Ambil darah kurang lebih 7 ml
dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Berikan label nama dan tanggal
l.
Hemoglobin ( Hb )
Bertujuan untuk mendeteksi
adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan Hb mengindikasikan adanya dehidrasi, Penyakit Paru Obsruktif
Menahun dan gagal jantung kongestif, dan lain-lain. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 –
10 ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Hindari hemolisis
4) Berikan label nama dan tanggal
m. Trombosit
Bertujuan untuk mendeteksi
adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan dan adanya trombositosis menyebabkan peningkatan pembekuan. Cara :
1) Ambil darah kurang lebih 5 -10
ml dari vena
2) Masukkan ke dalam tabung atau
botol
3) Berikan label nama dan tanggal
n. Partlal
Tromboplastin Time ( PPT )
Bertujuan untuk mendeteksi defesiensi
faktor pembekuan, kecuali faktor VII, VIII, mendeteksi
variasi trombosit, dan memonitor terapi heparia.
o. Pemeriksaan
lainnya yang menggunakan spesimen darah
antara lain kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron,
prolaktin, serum krolaktin, kortisol, kolesterol, dan lain-lain.
D.
Pemeriksaan HB
1. Persiapan Alat dan Bahan
a.
Lanset
darah atau jarum khusus
b.
Kapas
alcohol
c.
Kapas
kering
d.
Alat
pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
e.
Bengkok
f.
Hand
scoon
g.
Perlak
2. Pengambilan dan Pemeriksaan HB Darah
NO
|
LANGKAH-LANGKAH
|
KEY
POINT
|
1.
|
Persiapan
Siapkan
peralatan dan bahan yang diperlukan sesuai dengan urutan kegiatan.
|
Pastikan bahan dan alat
dalam keadaan dapat digunakan sesuai urutan kerja.
|
2.
|
Suruh ibu
untuk di kursi yang telah disiapkan
|
Beritahukan pada ibu
mengenai apa yang akan dilakukan.
|
3.
|
Cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir dan kemudian pasang handschoen.
|
Sebelum melakukan sesuatu
pekerjaan bidan harus teknik pencegahan infeksi
|
4.
|
Isi tabung
sahli dengan HCl 1 % sampai dengan batas angka 2.
|
· Gunakan pipet untuk mengisi tabung.
· HCl 1 % tidak boleh lebih atau kurang dari
batas angka 2
|
5.
|
Bersihkan
jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol.
|
Biarkan sampai alkohol
kering.
|
6.
|
Tusuk jari
dengan menggunakan jarum steril/lancet, bersihkan darah yang pertama keluar
dengan kapas kering, tekan jari agar darah lebih banyak keluar.
|
Pada orang dewasa jari yang
ditusuk biasanya jari manis atau jari tengah bagian tepi karena pada daerah
tersebut banyak mengandung pembuluh darah kapiler dan kurang sensitif.
|
7.
|
Gunakan
pipet untuk menghisap darah sampai darah mencapai garis biru pada tabung atau
20 mm.
|
Usahakan jangan sampai ada
udara yang masuk pada pipet penghisap karena akan mengurangi keakuratan hasil
pemeriksaan.
|
8.
|
Masukkan
darah ke dalam tabung sahli dengan hati-hati sampai semua darah keluar dari
pipet.
|
· Ujung pipet harus masuk ke dalam larutan
HCl 1 %.
· Masukkan darah secepatnya sebelum membeku
|
9.
|
Aduk HCl
1% dan darah sampai benar-benar tercampur.
|
Warnanya akan berubah kuning
kecoklatan.
|
10.
|
Masukkan
aquadest tetes demi tetes ke dalam tabung sahli, aduk kembali setelah
ditetesi sampai warnanya sama dengan warna tabung standar.
|
Usahakan jangan sampai ada
gelembung-gelembung udara dalam tabung sahli saat mengaduk karena akan
mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan
|
11.
|
Lihat
ujung/tepi lengkungan paling atas dan baca angka diujung tersebut. Itulah
kadar hemoglobinnya.
|
Lihat pada tempat yang
terang atau ada sinar/cahaya.
|
12.
|
Catat
hasil dan beritahukan pada ibu.
|
|
13.
|
Rapikan
alat dan cuci handscoen dalam keadaan dipakai dan buka dalam keadaan terbalik
kemudian rendam dalam larutan klorin
|
|
14.
|
Cuci
tangan dan keringkan dengan handuk bersih.
|
Nilai
Normal
Laki-laki
: 14 – 18 gram/dl
Wanita
: 12 – 16 gram/dl
3.
Kesalahan yang sering terjadi
a.
Alat /
reagen kurang sempurna yaitu :
ü
Volume
pipet Hb tidak selalu tepat 20 ml.
ü
Warna
standar sering sudah pucat.
ü
Kadar
larutan HCl sering tidak dikontrol.
b. Orang yang melakukan pemeriksaan :
ü
Pengambilan
darah kurang baik.
ü
Papat
gelembung penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
ü
Intensitas
sinar / penerangan kurang.
ü
Pada
waktu membaca hasil dipermukaan terdapat gelembung udara.
ü
Pipet
tidak dibilas dengan HCl.
ü Pengenceran tidak baik.
E. PEMERIKSAAN URINE
1. Pengertian
Air seni atau urin adalah cairan sisa yang
dilepaskan oleh ginjal, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui proses
urinasi (berkemih). Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring ginjal dan untuk menjaga kestabilan cairan
tubuh.
2. Pengambilan Sampel Urine
Menurut Wachyuni dari bagian Mikrobiologi RSVP
Fatmawati, Jakarta Selatan, aria beberapa cara pengambilan sampel urin, yakni:
a. Urin sewaktu
Untuk
berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu, yakni urin dikeluarkan pada waktu
yang tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan ini baik untuk pemeriksaan
rutin tanpa keluhan khusus.
b.
Urin pagi
Maksudnya, urin yang pertama-tama
dikeluarkan di pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat daripada
urin yang dikeluarkan di siang hari. Pemeriksaan urin pagi baik untuk sedimen,
berat jenis, protein, juga tes kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak baik
untuk pemeriksaan penyaring karena adanya glukosuria.
c.
Urin
postprandial
Maksudnya, urin yang pertama kali
dikeluarkan 1,5 – 3 jam sehabis makan. Sampel ini berguna untuk pemeriksaan
glukosuria.
d.
Urin 24
jam
Sampel ini digunakan untuk
mengetahui keandalan angka analisis. Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan
botol besar, bervolume 1,5 liter atau lebih yang ditutup dengan baik. Botol
harus bersih dan memerlukan zat pengawet.
e.
Urin 3
gelas dan 2 gelas pada laki-laki
Urin jenis ini digunakan untuk
pemeriksaan urologis. Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran tentang letak
radang atau lesi lain, yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam air
kencing pria.
3.
Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:
a. Volume urine
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24
jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam.
Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan
tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
b. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang
normal disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
c. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine
mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan
jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh
adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
d. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin
besar dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal
berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa
macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Kemungkinan adanya zat warna
abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari
suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru
berubah setelah dibiarkan.
e. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna
yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan
bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau
didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel
epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
4.
Pemeriksaan Urine
a. Asam Urat
Bertujuan untuk mendeteksi penyakit ginjal, eklampsia, keracunan
timah hitam, leukimia dengan diet tinggi purin, ulseratif kolitis dan lain-lain. Cara :
1. Tampung urine 24 jam dan
masukkan ke dalam botol atau tabung
2. Berikan label nama, tanggal
pengambilan
b. Bilirubin
Bertujuan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran empedu,
hepar, kanker hepar. Cara :
1. Gunakan Ictotet
2. Teteskan urine kurang lebih 5
tetes
3. Masukkan tablet dan tambahkan
2 tetes air
4. Hasil positif jika warna biru
atau ungu
c.
Human Chorionic Gonatropin
Bertujuan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon
yang diproduksi oleh plasenta. Cara :
1. Anjurkan puasa 8-12 jam
2. Ambil urine 600 ml, kemudian
lakukan pengumpulan selama 24 jam
3. Berikan label nama dan tanggal
d. Urobilinogen menentukan kerusakan hepar, hemolisis, dan infeksi
berat.
e.
Urinealisis menentukan berat jenis kadar glukosa, keton,dll.
f.
Kadar protein menentukan kadar kerusakan glomerulus
g. Pregnadion menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan
penilai adanya ovulasi.
5. Persiapan Alat dan Bahan Pengambilan Urine
a.
Kapas savlon 1% atau kapas air hangat
b.
Waslap dan sabun mandi
c.
Pispot 2 buah
d.
Botol urine yang sudah diberi label
e.
Surat pemeriksaan laboratorium
f.
Handschoon
g.
Bengkok
h.
Sampiran
6. Prosedur Kerja
Mengambil Urine
Untuk Bahan Pemeriksaan
a.
Cuci tangan
b.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
c.
Gunakan handschoon
d.
Bersihkan daerah genetalia dengan waslap dan sabun,
kemudian keringkan
e.
Pasang pispot di bawah glutea
f.
Letakkan bengkok di dekat glutea
g.
Bersihkan daerah genetalia eksterna dengan kapas savlon
atau air hangat
h.
Anjurkan pasien untuk berkemih sedikit dan tampung pada
pispot, kemudian ganti pispot lain
i.
Bersihkan daerah genetalia dengan waslap dan sabun, lalu
keringkan
j.
Tuangkan urine ke dalam botol urine yang sudah diberi
label
k.
Lepaskan sarung tangan dan letakkan di bengkok
l.
Cuci tangan
m.
Catat waktu pelaksanaan pengambilan dan keadaan urine
Sikap :
a.
Ramah
b.
Sopan
c.
Komunikatif
7.
Pemeriksaan
Albumin Urine
Persiapan
Alat dan Bahan
ü Tabung reaksi
ü Penjepit tabung
ü Lampu spritus
ü Korek api
ü Pipet ukur ( Spuit )
ü Sarung tangan
ü Rak tabung reaksi
ü Baki
ü Celemek
ü Piala ginjal
ü Kertas litmus untuk menguji reaksi
urine ( asam/basa )
ü Urine
ü Cairan Asam asetat 2 %
Prosedur
Kerja
1.
Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan.
3. Isi 7 ml tabung uji dengan urune,
tahan ujung atas tabung dengan alat pemegang.
4. Periksa reaksi urine, jika basa,
tambahkan satu tetes asam asetat dan buat menjadi asam.
5. Panaskan urine di atas lampu
spritus dan biarkan mendidih / sampai muncul uap pada tabung. Jauhkan mulut
fabung dari wajah.
6. Biarkan urine anas tadi sampai menjadi
dingin sekitar 1 – 2 menit.
7. Tambahkan 2 – 3 tetes asam asetat
kedalam tabung uji . jika urune berawan ( terdaat cincin ), maka hal tersebut
menandakan adnya albumin dalam urine.
8. Buang urine dan bersihkan tabung
uji. Raikan alat.
9. Buang sarung tangan dan cuci
tangan.
10. Catat prosedur tersebut disertai
tanggal dan waktu pada catatan perawat atau lembaran sesuai peraturan rumah
sakit.
Perhatian :
a. Gambaran
awan/cincin putih tampak di sebabkan karena adanya fosfat atau albumin dalam
urine.
b. Pengujian ini
biasanya untuk meyakinkan bahwa urine klien benar benar mengandung albumin.
Keterangan :
a. (-) : tidak ada kekeruhan
b. (+) :
Kekeruhan tanpa butiran
c. (+2) : Kekeruhan
dengan butiran
d. (+3) : Kekeruhan
dengan kepingan
e. (+4) :
Kekeruhan dengan gumpalan
8. Pemeriksaan Reduksi Urine menggunakan Benedit
a.
Tujuan : menentukan adanya glukosa dalam urine
b. Persiapan
pasien : dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin
c. Bahan
1. Urine
2. Benedite
d. Alat yang
digunakan :
1. Botol penampung urine
2. Tabung reaksi 2 buah
3. Rak tabung
4. Penjepit Tabung
5. Pipet Tetes
6. Spuit 5 cc
7. Lampu spirtus
8. Korek Api
9. Bengkok
10. Safety Box
11. Larutan Klorin 0,5%
12. Handscoon
e. Cara
pemeriksaan (Metode Benedict)
1.
Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada klien
2.
Siapkan semua bahan dan peralatan yang akan digunakan
3.
Minta klien untuk berkemih dan ajarkan cara menampung urine
4.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
5.
Gunakan handscoon
6.
Masukkan 5 cc reagen Benedict ke dalam 2 tabung reaksi
7.
Lalu tambah 5-8 tetes urine ke dalam salah satu tabung
8.
Dengan
menggunakan penjepit tabung, kemudian panaskan
tabung lagi dengan api spiritus hingga
mendidih antara 1 – 2 menit.
9.
Setelah
itu, menyimpan tabung tersebut di rak
tabung, dan biarkan selama ± 5 menit kemudian membaca hasilnya.
10.
Angkat
tabung dan baca hasilnya
11. Bereskan alat yang telah
digunakan
12. Lepas handscoon dengan cara
terbalik pada larutan Klorin 0,5%, rendam selama 10 menit
13. Cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
14.
Catat hasil pemeriksaan dan beritahu kepada klien
f.
Keterangan
1. Negatif(-) :tetap
biru atau kehijauan
2. Positif( +) : hijau kekuningan keruh (0,5 – 1% Glukosa)
3. Positif (++) :
kuning keruh (1,5 – 2% Glukosa)
4. Positif (+++ ) :
jingga atau lumpur keruh (2 – 3,5% Glukosa)
5. Positif (++++) : merah
bata keruh (>3,5% Glukosa)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pengambilan Darah Untuk Bahan Pemeriksaan
Diagnostik {online} (http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2013/08/
pengambilan-darah-untuk-bahan.html) Diakses tanggal 7 Maret 2016 pukul
05.30 WITA
Bajang. 2014.
Pemeriksaan Albumin Dalam Urine {online} (http://lailybajangmasruri.blogspot.co.id/2014/05/pemeriksaan-albumin-dalam-urine.html) Diakses
tanggal 7 Maret 2016 pukul 05.18 WITA
Dulqueeny. 2011. Pemeriksaan Laboratorium Hb dan Urine
{online} (https://dulqueeny.wordpress.com/2011/05/05/pemeriksaan-laboratorium-hb-dan-urine/) Diakses
tanggal 7 Maret 2016 pukul 05. 43 WITA
Fardiansyah,
Farid. 2014. Laporan Pemeriksaan Reduksi Urine {online} (http://faridfardiansyah.blogspot.co.id/p/laporan-pemeriksaan-reduksi-urine.html) Diakses
tanggal 7 Maret 2016 pukul 06.26 WITA
Kusmiyati,
Yuni. 2008. Penuntun Belajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya
Maryunani, Anik.
2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta : Trans Info
Media
Uliyah,
Musrifatul, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
0 komentar:
Posting Komentar