BAB III
PERSIAPAN
DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
(CAIRAN
PER VAGINA, FESES, SPUTUM)
A. PEMERIKSAAN FESES
1. Pengertian
Pemeriksaan
feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk
membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Feses merupakan
spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus
gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal,
ulkus peptikum, karsinoma dan syndroma malabsorbsi.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air
dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari.
Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu. Feses (tinja) juga merupakan hasil
pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa makanan; air; bakteri; zat warna
empedu.
Perkiraan Komposisi Tinja tanpa Air Seni
Komponen
|
Kandungan (%)
|
Air
Bahan organik (dari
berat kering)
Nitrogen (dari
berat kering)
Fosfor (sebagai P2O5)
(dari berat kering)
Potasium (sebagai K2O)
(dari berat kering)
Karbon (dari berat
kering)
Kalsium (sebagai
CaO) (dari berat kering)
C/N rasio (dari
berat kering)
|
66-80
88-97
5,7-7,0
3,5-5,4
1,0-2,5
40-55
4-5
5-10
|
Kuantitas Tinja dan Air Seni
Tinja/Air Seni
|
Gram/orang/hari
|
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
|
Tinja
|
135-270
|
35-70
|
Air Seni
|
1.000-1.300
|
50-70
|
Jumlah
|
1.135-1.570
|
85-140
|
2.
Tujuan
Pemeriksaan
dengan menggunakan spesimen feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman,
seperti kelompok Salmonela, Sigela,
Sherichia Coil, Stafilokokus, dan lain-lain. Salmonella adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakat dikenal
dengan tipes yaitu penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit
ini adalah typhoid dan paratyphoid
abdominalis.
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri,
secara akrab dikenal sebagai Staph,
yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam
jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph
dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti
pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun
yang bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic shock syndrome.
Penyakit
yang berhubungan dengan Staph dapat
mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan
berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering
menyebabkan masalah perut dan usus misalnya diare dan muntah.
3.
Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
Diare dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
1) Diare Noninflamatori
Diare Noninflamatori melibatkan usus
halus proksimal. Penyebab Diare Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus,
Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium
perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Isospora
belli, Cyclospora cayetensis, dan
mikrosporidia.
2) Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba
yang menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms). Penyebab
Diare Inflamatori adalah Entamoeba
histolytica, Shigella spp., EIEC,
EHEC, Salmonella enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridium difficile. Sampai saat ini,
virus belum terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori.
3) Diare Pada Penyakit Sistemik
Salah satu contoh Diare Pada Penyakit Sistemik
adalah Demam Enterik. Istilah lain untuk Demam Enterik adalah Demam Tifoid.
Diare Pada Penyakit Sistemik melibatkan usus halus distal. Penyebab Diare Pada
Penyakit Sistemik adalah Salmonella typhi,
Slamonella non-typhi, Yersinia
enterocolitica, dan Campylobacter
spp.. Virus dan parasit belum terbukti secara empiris sebagai penyebab
Diare Pada Penyakit
Sistemik.
a. Adanya ikterus
Ikterus
ini merupakan suatu keadaan dimana jaringan berwarna kekuning-kuningan akibat
deposisi bilirubin yang terjadi bila kadar bilirubin darah mencapai 2 mg/dL
atau 35-40 mmol/L.
b. Adanya gangguan
pencernaan
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
e. Adanya darah dalam tinja
4.
Syarat pengumpulan feces
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine,
diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada
lemari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari
sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi
kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal
Toucher
e. Pasien konstipasi
5.
Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal, sebaiknya sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
6. Jenis Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan
dengan bahan feses ini terdiri dari 2, yaitu :
a.
Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses
yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan
lain-lain.
b.
Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses
melalui biakan dengan cara toucher (prosedur
pengambilan feses dengan tangan).
7. Persiapan alat dan bahan
a. Sarung tangan
b. Spatel steril
c. Hand scoon bersih
d. Vasseline
e. Lidi kapas steril
f. Pot tinja
g. Bengkok
h. Perlak pengalas
i. Tissue
j. Tempat bahan pemeriksaan
k. Sampiran
8. Prosedur Kerja
Prosedur
pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari
kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses
ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur
cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke
labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Prosedur
pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam
anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu
dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan
dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
Prosedur
pengambilan feses pada bayi :
a. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di
popoknya, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses
ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur
cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke
labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
9. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan
feses dibagi menjadi 3, yaitu
:
a.
Pemeriksaan
makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan
bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan
nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.
b.
Pemeriksaan
mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing,
leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.
c.
Pemeriksaan
kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin
10. Pemeriksaan Makroskopis
a. Warna
Feses umumnya berwarna Kuning di
karenakan Bilirubin. Bilirubin adalah pigmen kuning
yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Fungsinya
untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari
feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang
dikonsumsi,
1) Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah
normal. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena
feses mengandung Bilirubin. Ketika Bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus maka akan
dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
2) Warna Hitam Feses
Feses berwarna Hitam
bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan,
lambung atau juga bagian
hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam bisa juga dari zat-zat
makanan berwarna Hitam (Licorice), timbal, pil yg
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi
herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
3) Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari
Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan
biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan
feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu
cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna.
4) Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam,
tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini
di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar
adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah
akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah
termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
5) Warna Abu-abu / Pucat
Feses pucat pun menandakan sakit.
Biasanya pasien sedang mengalami penyakit Liver,
pankreas, atau empedu, maka feses akan berwarna abu-abu atau pucat.
Warna feses
|
Keterangan
|
Warna kuning coklat
|
Warna ini dapat berubah mejadi
lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna
tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan
|
Warna kuning
|
Dapat disebabkan karena
susu,jagung, lemak dan obat santonin.
|
Warna hijau
|
Disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
|
Warna merah muda
|
Disebabkan oleh perdarahan yang
segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
|
b. Bau
Bau khas dari tinja atau feses
disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi
pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.. Tinja yang
berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi
makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna
menambah bau tinja.
c. Konsistensi
Pemeriksaan Konsistensi Tinja
normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi
sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala
didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus
menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk
pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak
menunjukkan malabsorpsi usus.
d. Lendir
1) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir
dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada
rangsangan atau radang pada dinding usus.
2) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja,
lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.
3) Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali
iritasi terjadi pada usus halus.
4) Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri,
intususepsi dan ileokolitis .
5) Lendir transparan yang menempel pada luar feces
diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
6) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi
pada keganasan serta peradangan rektal anal.
7) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah
dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis
ulceratif, intestinal tbc.
8) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan
adanya vilous adenoma colon.
e. Darah
Darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat
atau hitam.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan, darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi
hitam, ini disebut melena seperti
pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan
darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada
hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin
hitam warnanya.
f. Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat
ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif kolon ,
fistula colon sigmoid, dan lokal abses. Sedangkan pada penyakit disentri
basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
g. Jumlah
Dalam
keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya
tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
h. Parasit
Pemeriksaan Parasit diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan
spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
i. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan
sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan
kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan
sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal
dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti
serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut
emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak
sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan
jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral
terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
j. Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen
Urobilin Dalam tinja normal
selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif,
pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna
kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif
urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan
seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Pemeriksaan bilirubin akan
beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah
menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang
dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet.
11. Pemeriksaan Mikroskopik
a. Pemeriksaan Leukosit pada Feses
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit. Eusinofil mungkin ditemukan pada bagian
tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.
b. Pemeriksaan Eritrosit pada Feses
Eritrositnya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.
Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya
eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
c. Pemeriksaan Epitel pada Feses
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian
proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
d. Pemeriksaan Amilum pada Feses
Dalam
tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam
lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan
bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai
kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan
kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran
pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
e. Pemeriksaan Telur Cacing pada Feses
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara
pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif
dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode
kato.
1) Pemeriksaan Kualitatif
a) Metode Natif
Cara pemeriksaan ini
menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2%
dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran
disekitarnya.
·
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing
parasit pada seseorang yang diperiksa fesesnya.
· Dasar teori : Eosin memberikan latar belakang merah
terhadap telur yang berwarna kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan
feses dengan kotoran yang ada.
· Kelemahan : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.
· Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing
semua spesies, biaya sedikit, peralatan sedikit.
b) Metode Apung (Flotation method)
Metode ini digunakan
larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan
atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati.
Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga
telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel
yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk
telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang
berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun
telur Ascaris yang infertil.
·
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang
diperiksa fesesnya.
· Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat
dari berat jenis telur.
· Kelemahan : penggunaan feses banyak dan
memerlukan waktu yang lama, perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan
larutan tidak turun lagi
· Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi
ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.
c) Metode Harada Mori
Metode ini digunakan
untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale,
Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus.
Teknik ini memungkinkan telur cacing dapat
berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih
7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung
kantong plastik.
· Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing
tambang
· Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di
luar tubuh hospes akan menetas 7 hari menjadi larva dengan kelembaban yang
cukup.
· Kelemahan : hanya untuk identifikasi infeksi
cacing tambang, waktu yang dibutuhkan lama dan peralatan yang banyak.
· Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya
umtuk mengidentifikasi larva infektif mengingat bentuk larva jauh lebih besar
di bandingkan dengan telur.
2) Pemeriksaan Kuantitatif
a. Metode Kato
Teknik sediaan tebal
(cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato. Pengganti
kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong “cellahane tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan
lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal
karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk
membuat diagnosa.
· Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing
parasit dan untuk mengetahui berat ringannya infeksi cacing parasit usus
· Dasar teori : Dengan penambahan melachite green
untuk memberi latar belakang hijau. Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih
100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja kurang lebih 150 gram/hari. Jadi,
misalnya dalam 1 gram feses mengandung 100 telur maka 150 gram tinja mengandung
150.000 telur.
· Kelemahan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
· Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing
pada penderita berdasar jumlah telur dan cacing, dapat digunakan untuk
pemeriksaan tinja masal karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat
morfologi sehingga dapat di diagnosis.
Makroskopi dan
Mikroskopi
|
Interpretasi
|
Butir, kecil,
keras, warna tua
|
Konstipasi
|
Volume besar,
berbau dan mengambang
|
Malabsorbsi zat
lemak atau protein
|
Rapuh dengan lendir
tanpa darah
|
Sindroma usus besar
yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan
jonjot- jonjot
|
Rapuh dengan darah
dan lendir (darah nyata)
|
Inflamasi usus
besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas
|
Hitam, mudah
melekat seperti ter
|
Perdarahan saluran
cerna bagian atas
|
Volume besar, cair,
sisa padat sedikit
|
Infeksi non-invasif
(kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan makanan oleh stafilokokus,
radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)
|
Rapuh mengandung
nanah atau jaringan nekrotik
|
Divertikulitis atau
abses lain, tumor nekrotik, parasit
|
Agak lunak, putih
abu- abu sedikit
|
Obstruksi jaundice,
alkoholik
|
Cair bercampur
lendir dan eritrosit
|
Tifoid, kolera,
amubiasis
|
Cair bercampur
lendir dan leukosit
|
Kolitis ulseratif,
enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus
|
Lendir dengan nanah
dan darah
|
Kolitis ulseratif,
disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut,
TBC
|
12. Pemeriksaan Kimia
a. Pemeriksaan Darah Samar pada Feses
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah
samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan
kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh
kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah
samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas
peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb).
1)
Metode
benzidine basa
Prosedur Kerja :
1. Membuat emulsi tinja dengan air atau dengan larutan
garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Menyaring emulsi yang masih panas itu dan biarkan
filtrat sampai menjadi dingin kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine
basa sebanyak sepucuk pisau.
4. Menambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah
sampai benzidine itu
5. Membubuhi 2 ml filtrate emulsi tinja, campur.
6. Memberi 1 ml larutan hydrogen peroksida 3 %,
campur.
7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih
lama ).
2)
Metode
Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine
basa dengan maksud supaya tes menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif
palsu, maka caranya sama seperti diterangkan di atas.
3) Cara Guajac
Prosedur
Kerja :
a)
Membuat
emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml asam acetat
glacial, campur.
b)
Dalam
tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95
%, campur.
c)
Tuang
hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua
jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d)
Hasil
positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada
pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi
dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan leukosit,
formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu.
b. Pemeriksaan Urobilin pada Feses
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah
urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total
hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur
kerja :
1.
Taruhlah
beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja.
2.
Campurlah
baik-baik dengan memakai alunya
3.
Tuanglah
bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24
jam
4.
Adanya
urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c. Pemeriksaan Urobilinogen pada Feses
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih
baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan
angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga
bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu
jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi
urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Pemeriksaan Bilirubin pada Feses
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian
oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet
B. PEMERIKSAAN SEKRET VAGINA
1. Definisi Sekret Vagina
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan yang jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,
sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar
Bartolin. Selain itu sekret vagina disebabkan karena aktivitas bakteri yang
hidup pada vagina yang normal, pada perempuan, sekret vagina ini merupakan
suatu hal yang alami dari tubuh untuk memnbersihkan diri, sebagai pelicin dan
pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut
lebih jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada
pakaian.
2.
Komponen
Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina
terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme,
sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat.
Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH
kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel
gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang
mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya
terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam
jumlah kecil.
3.
Mikroorganisme
yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi
10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya
kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme
ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat
menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol
adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus
epidermis dan Gardnerella vaginalis.
Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme
fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80%
wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering
ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun
hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah
peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides
sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita.
Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita.
Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat
pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit
sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan
ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.
4.
Metode
Pengambilan Sekret Vagina
a.
Pap Smear
Papanikolaou test atau Pap smear adalah metode screening
ginekologi, dicetuskan oleh Georgios Papanikolaou, untuk menemukan
proses-proses premalignant dan malignant di ectocervix,
dan infeksi dalam endocervix dan endometrium. Pap Smear
dapat dilakukan pada berbagai sekret tubuh, termasuk :
sekret gaster, sekret prostat, sputum, dan
urin. Sel-sel tersebut kemudian diklasifikasikan menurut grade
mulai dari sel normal sampai sel Ca.
Pada dunia obstetri
ginekologi, Pap smear digunakan untuk mendeteksi kanker rahim yang
disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. Menurut perkiraan, di
Inggris Pap smear mencegah sekitar 700 kematian per tahun. Wanita yang
aktif secara seksual disarankan menjalani Pap smear sekali setahun. Pap
smear rutin dianjurkan pada wanita lebih
dari 40 tahun yang beresiko tinggi
dan pada wanita yang hasil tes pap positif.
Prosedur Pap Smear
dilakukan dimana dokter atau perawat memasukkan spekulum ke vagina
pasien untuk mengambil sample dari servik. Pap smear biasanya tidak
dilakukan selama menstruasi. Prosedur ini dapat menimbulkan sedikit rasa sakit,
namun hal ini bergantung kepada anatomi pasien, faktor psikologi, dan
lain-lain. Sample kemudian diuji di laboratorium dan hasil diperoleh dalam
waktu sekitar 3 minggu. Sedikit pendarahan, kram, dan lain-lain dapat terjadi
sesudahnya.
Klasifikasi Pap Smear:
1) Sistem Lama
Grade
I : Sel-sel tampak normal
Grade
II : Atypical (tidak khas, tidak teratur, tidak
normal), namun tidak ditemukan tanda-tanda malignancy
Grade
III : Mengarah ke keganasan, tapi belum jelas
Grade
IV : Lebih mengarah ke keganasan
Grade
V : Jelas keganasan
2) Sistem Terbaru
Normal
Inflammatory
Mild-cervical
intraepithelial neoplasia
Severe-cervical
intraepithelial neoplasia
Cancer
Persiapan
pengambilan sekret vagina:
Persiapan
pasien:
1) Melakukan informant concent
2) Menyiapkan tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.
3) Menjelaskan prosedur dan
tujuan pemeriksaan
4) Menganjurkan klien membuka pakaian bawah
5) Menganjur klien berbaring di tempat tidur
ginekologi dengan posisi litotomi
6) Menjaga privasi klien
Persiapan Alat dan
Bahan :
1) Kapas dan Larutan NaCl
2) Spekulum cocor bebek (Grave’s
speculum)
3) Penjepit kasa
4) Spatula ayre
5) Cyto brush
6)
Gelas
obyek
7)
Spray atau staining jar + etil alkohol 95%
8)
Meja instrumen + Doek Hijau
9)
Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
10)
Lampu sorot
11)
Label gelas objek
12)
Sarung tangan bersih
13)
Apron dan baju periksa
14)
Sabun dan air mengalir
15)
Tisu towel
16)
Bengkok
17)
Perlak
18)
Sampiran
Prosedur pelaksanaan metode pap smear:
1) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien
tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pemeriksaan.
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan membawa ke dekat pasien
3) Memasang sampiran
4) Minta pasien untuk
mengosongkan kandung kemih dan
menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy
pasien)
5) Persilahkan pasien untuk
berbarin di ranjang ginekologi
6) Memasang pengalas dibawah bokong pasien
7) Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (litotomi)
8) Hidupkan lampu sorot, arahkan
pada bagian yang akan diperiksa
9) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
mengeringkan dengan tissu tower
10) Memakai sarung tangan
11) Pemeriksa duduk pada kursi
yang telah disediakan menghadap ke aspekus genitalis
12) Inspeksi pada daerah vulva dan
perineum : apakah ada tumor, luka, cairan, dan perubahan warna kulit.
13) Ambil spekulum dengan tangan
kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus vagina (agar terbuka),
masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar intoitus lalu dorong bilah ke dalam
lumen vagina
14) Setelah masuk setengah panjang
bilah, putar spekulum 90° hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan
bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah (hingga masing-masing
bilah menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
15) Tekan pengungkit bilah
sehingga lumen vagina dan porsio tampak jelas (perhatikan ukuran dan warna
porsio, dinding dan sekret vagina dan forniks)
16) Jika sekret vagina ditemukan
banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya pengambilan epitel tidak terganggu).
17) Melakukan pengambilan sampel
pada permukaan porsio dengan menggunakan spatula ayre yang diputar 360°
18) Mengusap sampel pada gelas
objek dengan benar
19) Melakukan pengambilan sampel
endoserviks (di kanalis servikalis) menggunakan cytobrush dengan memutar 360°
sebanyak satu atau dua putaran.
20) Mengusapkan pada gelas objek
yang sama pada tempat yang berbeda dengan sampel yang pertama, sehingga tidak
sampai tertumpuk.
21) Sampel segera difiksasi
sebelum mengering.
a) Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil,
sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alcohol 96%. Setelah difiksasi
selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim
dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam
botol.
b) Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai
diambil, sewaktu secret masih segar disemprotkan cytocrep atau hair spray pada
object glass mengandung usapan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca
object glass, sebanyak 2-4 kali semprotan. Kemudian keringkan sediaan dengan
membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap
dikirimkan ke laboraturium sitologi untuk diperiksa.
22) Setelah pemeriksaan selesai,
lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah, kemudian keluarkan spekulum.
23) Letakkan spekulum pada tempat
yang telah tersedia.
24) Pemeriksa berdiri untuk
melakukan periksa bimanual untuk tentukan konsistensi porsio, besar dan arah
uterus serta keadaan parametrium.
25) Angkat tangan kiri dari
dinding perut, usapkan larutan NaCl pada bekas sekret/cairan di dinding perut
dan sekitar vuva/perineum.
26) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan
telah selesai dan persilahkan ibu mengambil tempat duduk.
27) Kumpulkan semua peralatan dan
lakukan dekontaminasi. Buang sampah pada tempatnya. Dan lakukan dekontaminasi
sarung tangan.
28) Cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir, keringkan dengan tisu towel.
29) Jelaskan pada pasien tentang
hasil pemeriksaan
30) Catat hasil pemeriksaan pada
rekam medis, buat pengantar pemeriksaan ke ahli patologi anatomi.
31) Buat jadwal kunjungan ulang.
32) Persilahkan ibu ke ruang
tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau ke ruang tindakan (untuk
proses/tindakan selanjutnya).
Cara
membuat apusan yang baik :
Menghapuskan bahan sitologi yang didapat sebaiknya
dilakukan dengan gerakan searah dari tengah ke arah luar. Apusan yang dilakukan
melingkar/ zig zag biasanya akan memberikan jumlah sel yang lebih banyak dan
memberikan kemungkinan pengeringan oleh udara yang lebih kecil
Hal-hal yang
perlu diingat :
1) Sediaan apusan dapat di rendam dalam cairan fiksasi
sampai kira-kira 15 menit sebelum dilakukan pewarnaan
2) Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi
lebih dari satu minggu karena akan terjadi distorsi sel
3) Bila mukosa arofik, kaca benda dan spatula
sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologik atau NaCl.
4) Bila karena suatu hal sediaan apus mengering, dapat
dilakukan rehidrasi dengan mengguyur dengan air ledeng selama beberapa saat
sebelum dilakukan fiksasi
Pap smear
menunjukkan dua nilai yaitu nilai normal dan tidak normal:
1) Nilai normal : jika tidak ditemukan sel-sel
abnormal
2) Nilai abnormal, mempunyai arti :
- Ca cerviks
- Infeksi jamur
- Proses Inflamasi
- Infeksi parasitik
- Penyakit kelamin
b.
Spekulum Steril
Pemeriksaan
Spekulum Steril diindikasikan untuk menentukan apakah membran amnion sudah
rupture atau utuh. Lubrikan tidak digunakan karena dapat mengubah temuan.
Faktor
berikut mengindikasikan rupture ketuban :
1) Tetesan atau aliran kecil cairan amnion melewati
serviks
2) Berkumpulnya cairan di liang vagina
3) Kertas nitrazin menunjukkan reaksi basa terhadap
cairan vagina (berubah menjadi warna biru kurang lebih pH nya 7,15)
4) Gambaran pakis cairan vagina jika dikeringkan pada
preparat mikroskop dan diperiksa secara mikroskopik.
5) Berbagai zat dan kondisi dalam vagina dapat
mengubah keakuratan pemeriksaan ini :
· Hasil negatif palsu semua hasil pengukuran dapat
terjadi jika ketuban sudah ruptur dan bocor selama waktu yang lama, atau
jika selaput ketuban bocor darisuatu tempat diatas bagian presentasi dan hanya
terdapat cairan minimal di dalam vagina pada saat pemeriksaan vagina.
§ Hasil positif palsu Nitrazin dapat terjadi ketika
kertas terkontiminasi dengan darah, semen, lendir serviks, urine, air mandi,
antiseptik yang basah, atau lubrikan larut air.
§ Gambaran pakis positif palsu kan muncul jika lendir
serviks atau darah mengontaminasi spesimen pada preparat.
§ Gambaran pakis lendir serviks tampak “lebih seperti
kerangka” dari pada gambaran pakis cairan amnion. Mekonium, pH vagina, dan
darah dalam cairan amnion (hingga 20 %) tidak akan mengisi gambaran pakis.
Pengambilan specimen, pembuatan dan pengiriman
sediaan:
A. Pengambilan specimen
1) loop/lidi kapas steril,
2) kaca objek yang kering dan bersih,
3) lampu spiritus,
4) kursi obstetric,
5) spekulum vagina steril,
6) sarung tangan,
7) pinsil kaca,
8) larutan salin steril.
B. Persiapan pasien :
1) Pasien terbaring terlentang kedua lutut ditekuk
pada kursi obstetric (posisi litotomi)
2) Masukan spekulum steril dengan hati-hati dan
spekulum dibuka
3) Masukan ujung kapas lidi dan oleskan pada
daerah endoservik. Gerakan lidi melingkar kekanan diamkan beberapa saat untuk
penyerapan
4) Sekret yang didapat dioleskan pada kaca objek yang
telah di beri nomor untuk dibuat sediaan
C. Pembuatan sediaan :
1) Alat (forcep, rak pewarna, rak pengering)
2) Reagen (larcarbol gentian violet, lugol/iodin,
larutan carbolfuchsin
Cara :
1) Pasca pengolesan di objek glas biarkan di udara
beberapa saat mengering, fiksasi dengan melakukan diatasnya lapis lampu
spiritus
2) Tuangi larutan carbol gentian violet selama 2-3
menit
3) Cuci dengan air kran atau air mengalir
4) Tuangi dengan alcohol 95% selama 20-30 detik cuci
kembali
5) Tuangi carbol fuchsin selama 1-2 menit kembali
6) Keringkan
D. Pengiriman sediaan
1) Bila perlu uji silang (cross cek) dilafasilitas lab
kurang sediaan perlu di kirim kelaboratorium.
2) Cara pengiriman:
a) Setelah sediaan difiksasi bungkus dengan kertas tik
tipis di bagi 2 menurut pjnya, tiap potong untuk 15-20 sediaan
b) Bungkus lagi dengan kertas karton bergelombang
menurut lebarnya dan ikat 2 kali
c) Bungkus lagi dengan kertas karton bergelombang
menurut panjangnya dan ikat satu kali
d) Bungkus lagi dengan kertas karton bergelombang
menurut panjangnya dan ikat dua kali
e) Bungkus lagi dengan kertas sampul dan ikat 3 kali
Pemeriksaan vagina dengan spekulum
1) Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo
menimbulkan rasa nyeri pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak
eritem, serta pada dinding vagina tampak gumalan putih seperti keju.
2) Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5
Untuk menjaga sekret vagina agar
tetap dalam keadaan normal ada beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya :
a) Hentikan pemakaian bahan-bahan yang mengiritasi
(misal semprot,busa sabun)
b) Gunakan pakaian yang menyerap dan tidak oklusif
(pakaian dalam katun bukan nilon)
c) Gunakan kontrasepsi sawar (misal kondom,diafragma)
untuk mencegah kekambuhan.
d) Pulihkan lingkungan vagina yang normal (misal
pH,flora) sebagian klinisi menganjurkan pemakaian bilas vagina yang asam atau
yoghurt.
e) Biasakan higiene perineal yang baik (misal cebok
dari depan atau belakang)
C. Pemeriksaan Sekret (SPUTUM)
1. Pengertian
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli
dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari
trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah
antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian
atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara
mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum
hal ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah
sputum pagi hari, karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum
pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan
air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja,
1992).
2. Tujuan
Mengetahui
basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien sehingga
diagnosa dapat ditentukan.
3. Indikasi
Pasien
yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
4. Waktu Pengambilan Sputum
Umumnya di pagi hari,
saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam.
5. Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan
konsistensinya, karena kondisi sputum biassanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan
sputum dan kemungkinan penyebabnya :
a.
Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan,
kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung, bukan dari saluran nafas
bagian bawah.
b.
Sputum banyak sekali dan purulen →
proses supuratif (eg. Abses Paru)
c.
Sputum yang terbentuk perlahan dan terus
meningkat → tanda Bronchitis/ bronchiektasia
d.
Sputum kekuning-kuningan →
proses infeksi
e.
Sputum hijau → proses penimbunan
nanah. Warna hijau ini disebabkan adamya verdoferoksidase yang dihasilkan oleh
PNM dalam sputum. Sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f.
Sputum merah
muda dan berbusa → tanda edema paru akut.
g.
Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih →
tanda bronkitis kronik.
h.
Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
6. Persiapan
Alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak pengalas
f. Bengkok dan tissue
g. Disinfektan
dan alat pengusap, atau sabun cair dan air
h. Label
yang berisi lengkap
i. Obat
kumur
7.
Prosedur Tindakan
a.
Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda
lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja
sama. Diskusikan bagaimana
hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan
informasi dan instruksi berikut pada klien:
1)
Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara
sputum dan saliva, dan cara mendapatkan spesimen sputum,
2) Jangan
menyentuh bagian dalam wadah specimen,
3) Untuk
mengeluarkan sputum langsung
ke dalam wadah sputum,
4) Untuk
menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
5) Cara
memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat
batuk,
6) Jumlah
sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup
analisis),
b.
Siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan
c.
Jaga privasi klien
dengan memasang sampiran dan meminta orang yang tidak berkepentingan keluar
d.
Mengatur posisi
duduk. (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi
tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi
paru yang maksimum.
e.
Memasang perlak dan
pengalas di bawah dagu klien dan menyiapkan bengkok
f.
Cuci tangan dan observasi prosedur
pengendalian infeksi lain yang sesuai.
g.
Gunakan handscoon
h.
Minta klien untuk memegang bagian luar
wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak dapat melakukannya, pasang
sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.
i.
Minta klien untuk bernapas dalam dan
kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam memberikan udara yang
cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam faring.
j.
Pegang wadah sputum sehingga klien dapat
mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan
bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah akan mencegah
penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
k.
Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
l.
Tutup wadah segera setelah sputum berada
di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke tempat lain.
m.
Bila sputum mengenai bagian luar wadah,
bersihkan bagian luar dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan
untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan
air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.
n.
Lepas dan buang sarung tangan.
o.
Pastikan klien merasa nyaman.
1) Bantu
klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
2) Bantu
klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara
maksimal, bila diperlukan.
p.
Beri label dan bawa spesimen ke
laboratorium.
q.
Pastikan informasi yang benar tertulis
pada label dan slip permintaan laboratorium. Tempelkan label dan
lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi
dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat
kesalahan diagnosis atau terapi.
r.
Atur agar specimen dikirim segera ke
laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri harus segera dimulai
sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik
sehingga memberikan hasil positif palsu.
s.
Dokumentasikan semua informasi yang
relevan.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi
(kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau
sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis.,
drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara umum, adanya
ketidaknyamanan yang dialami klien.
8. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Pengambilan Sputum
a.
Pengambilan sputum dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapatkan sputum bagian dalam lebih besar. Atau bisa
diambil sputum sewaktu.
b.
Pengambilan sputum harus dilakukan sebelum pasien
menyikat gigi.
c.
Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien
mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
d.
Sebelum mengeluarkan sputum, pasien diminta untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepaskan gigi palsu (bila ada).
e.
Sputum diambil dari batukan pertama (first cough)
f.
Cara membatukkan sputum dengan tarik nafas dalam dan kuat
(dengan pernapasan dada) batukkan kuat sputum dari Bronkustrakea mulut wadah penampung.
g.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan
berpenutup (Screw Cap Medium).
h.
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang
dibatukkan adalah air liur (saliva), maka pasien harus mengulangi membatukkan
sputum.
i.
Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur
khusus, seperti butir keju, darah, dan unsur-unsur lain.
j.
Bila sputum susah dikeluarkan lakukan perawatan mulut
dengan obat Glyseril Guayakolat (Expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi
air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
k.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat
diambil secara :
-
Aspirasi Transtracheal
-
Bronchial Lavage
-
Lung Biopsy
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Interpretasi Hasil Laboratorium Sekret
{online} (http://dokterindonesiaonline.com/2012/04/04/interpretasi-hasil-laboratorium-sekret/) Diakses
tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA
Kusmiyati, Yuli.
2012. Keterampilan Dasar Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya
Maryunani, Anik.
2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta : Trans Info
Media
Mayosinau. 2013. Laporan Praktikum Pemeriksaan Sputum
{online} (http://mayosinau.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-pemeriksaan-sputum.html) Diakses
tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA
Uliyah,
Musrifatul, dkk. 2008. Praktikum
Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Yansikha. 2013. Laporan Pemeriksaan Feses {online} (http://yansikha.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pemeriksaan-feses.html) Diakses
tanggal 12 Maret pukul 19.02 WITA